Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Cara Mengenali Sifat Kejang

Kejang yang terjadi pada bayi yang bari lahir (neonatus), sanggup ditemukan pada bayi yang mengalami stress berat lahir, asfiksia, gangguan metabolism, dan infeksi. Kejang bukanlah termasuk sebuah penyakit, melainkan sebuah tanda-tanda yang terjadi di gangguan saraf pusat, local atau sistemik. Biasanya, kejang yang terjadi pada bayi gres lahir ialah kejang yang terjadi dalam usia bayi hingga 28 hari sehabis lahir. [1]


Kejang, kalau dilihat menurut tinjauan teori, maka akan didefinisikan sebagai sebuah keadaan yang berubah pada fungsi otak yang terjadi secara mendadak dan dengan jangka waktu yang sangat singkat, atau adanya acara otak yang ajaib serta terjadinya pelepasan listrik serebral yang sangat berebihan. [2]

 kejang yang terjadi pada bayi yang gres lahir biasanya disbeut dnegan neonatal fit. Sementara itu, kejang ini dibagi menjadi dua, yakni kejang yang sanggup terlihat, dan juga kejang yang hamir tidak sanggup terlihat, disebabkan berafiliasi dengan fungsi batang otak, yakni adanya gerakan-gerakan mirip mengusap, mengisap, mengunyah, dan gerakan bola mata dan sebagainya. 

Gerakan semacam ini ialah kejang, namun tidak banyak yang mengetahui ihwal ini.
Kejang mempunyai tiga sifat.
Pertama ialah kejang tonik. 

Kejang tonik ini merupakan kejang yang bersifat umum, dengan ekstensi kedua tungkai adakala mengalami fleksi pada naggota atas, dan ekstensi anggota bawah.
Kejang ini merupakan kejang yang khas terhadap bayi yang lahir kurang bulan, atau lahir lebih cepat daripada seharusnya, tetapi amat sulit dibedakan lantaran hampir tidak ada perbedaan dengan acara yang biasa dilakukan.
Kedua ialah kejang  multifokalklonik.
Kejang multifokalklonik ini merupakan jenis kejang yang paling sering dijumpai terjadi pada bayi yang gres lahir. Bentuk kejang terjadi sanggup berupa gerakan klonik pada satu atau lebih anggota gerak, yang berpindah-pindah, dari satu naggota gerak kepada naggota gerak yang lain, sehingga tampak tidak teratur. 

Terkadang, kejang ini sanggup terjadi secara bersambung, dari kejang satu dengan lainnya mirip kejang umum dan hanya terjadi pada bayi yang cukup bulan.
Ketiga kejang mioklonik. 

Kejang mioklonik ini sangat jarang terlihat pada bayi yang gres lahir, gerakannya pun mirip reflex moro dengan fleksi dari semua anggota.
Bila sudah terjadi kejang ini, maka merupakan sebuah tanda adanya kerusakan susunan saraf sentra yang luas.[3]

Selain sifat yang ada pada kejang, orang renta terutama seorang ibu juga sanggup mencari tahu mengenai penyebab kejang. 

Berikut ini, dipaparkan beberapa penyebab kejang yang perlu diketahui oleh ornagtua.
1.       Gangguan Vaskular

a.       Terjadinya penyakit pendarahan mirip defisiensi vitamin K
b.      Trombosis
c.       Pendarahan di cuilan subaraknoid atau subdural, yakni pendarahan akhir stress berat langsung.
d.      Pendarahan berupa petekia akhir anoksida .
e.      Sindrom hiperviskositas.

2.       Gangguan metabolisme

a.       Terjadinya kekurangan dan ketergantungan terhadap piridoksin.
b.      Aminoasiduria.
c.       Gangguan keseimbangan elektrolit.
d.      Hipokalsemia, hipomagnesemia, dan hipoglikemia.
3.       Infeksi
a.       Meningitis, sepsis, ensefalitis
b.      Teksoplasmosis kongential, [4]


4.       Bayi pada dikala lahir tidak menangis. Hal ini merupakan penyebab yang paling sering terjadi.
5.       Perdarahan otak, yang sanggup ditimbulkan lantaran kekurangan oksigen ata stress berat pada kepala.
6.       Gangguan metabolic, diantaranya iala kekurangan kadar gula darah, kekurangan kalsium, dan kekurangan kalium.
7.       Kekurangan metabolic lain, mirip gangguan asam amino
8.       Infeksi sekunder yang disebabkan oleh basil atau neobakteri, yang sanggup terjadi pada bayi yang masih berada di dalam kandungan. [5]

Penyabab lain terjadinya kejang pada bayi ialah ketidak matangan pada organisasi korteks pada bayi yang gres lahir.

gambar : cara-mengenali-sifat-kejang (Google)
Referensi :
Dwi Maryanti, dkk. Buku Ajar Neonatus, Bayi dan Balita. Trans Info Media
 Ai Yeyeh Rukiyah, dkk. Asuhan Neonatus, Bayi dan Balita. Trans Info Media
 Ngastiyah. Perawatan Anak Sakit. Penerbit Buku Kedokteran





[1] Ngastiya. Perawatan Anak Sakit. Hal. 147
[2] Dwi Maryanti, dkk. Buku Ajar Neonatus, Bayi dan Balita. Hal. 191

[3] Ngastiya. Perawatan bayi sakit. Hal. 147
[4] ibid
[5] Ai Yeyeh, dkk. Asuhan Neonats, Bayi dan Balita. Hal. 281

Sumber http://caramu123.blogspot.com/