Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Antara Racun Dunia Dan Penawarnya

  1. Pendahuluan
    Elisa Menaburkan Garam

Berkatalah penduduk kota itu kepada Elisa: "Cobalah lihat! Letaknya kota ini baik, menyerupai tuanku lihat, tetapi airnya tidak baik dan di negeri ini sering ada keguguran bayi." Jawabnya: "Ambillah sebuah pinggan gres bagiku dan taruhlah garam ke dalamnya." Maka mereka membawa pinggan itu kepadanya. Kemudian pergilah ia ke mata air mereka dan melemparkan garam itu ke dalamnya serta berkata: "Beginilah firman TUHAN: Telah Kusehatkan air ini, maka tidak akan terjadi lagi olehnya final hidup atau keguguran bayi." Demikianlah air itu menjadi sehat hingga hari ini sesuai dengan firman yang telah disampaikan Elisa. 2 Raja-Raja 2: 19-22.

Kisah ini terjadi di kota Yerikho. Pada suatu hari nabi Elisa diberitahu mengenai sumber air yang tidak sehat dan sering menimbulkan keguguran bayi maupun kematian.
Berkatalah penduduk kota itu kepada Elisa: "Cobalah lihat! Letaknya kota ini baik, menyerupai tuanku lihat, tetapi airnya tidak baik dan di negeri ini sering ada keguguran bayi." 2 Raja-Raja 2:19 
Memang sungguh disayangkan, kota yang letaknya baik tetapi airnya tidak baik, padahal air yaitu salah satu kebutuhan terpenting dalam kehidupan.  Artinya kota Yerikho menjadi tidak baik hanya lantaran airnya yang tidak baik.

Mengapa sumber air di kota Yerikho beracun?  Kota Yerikho berada di wilayah lembah sungai Yordan,
“Kemudian berangkatlah orang Israel, dan berkemah di dataran Moab, di kawasan seberang sungai Yordan dekat Yerikho.” (Bilangan 22:1)
Ternyata wilayah ini yaitu wilayah yang sama yang telah dipilih oleh Lot,
“Lalu Lot melayangkan pandangnya dan dilihatnyalah, bahwa seluruh Lembah Yordan banyak airnya, menyerupai taman TUHAN, menyerupai tanah Mesir, hingga ke Zoar. Hal itu terjadi sebelum TUHAN memusnahkan Sodom dan Gomora” (Kejadian 13:10). 
Peta Dunia Perjanjian Lama

Kota Yerikho, Sodom dan Gomora berada di dalam wilayah yang sama, yaitu di lembah Yordan.  Pada ketika Tuhan memusnahkan Sodom dan Gomora, tidak hanya kawasan ini saja yang terkena imbasnya, kawasan sekitar Sodom dan Gomora juga menjadi tandus. Setelah insiden pemusnahan itu tanah Sodom dan Gomora dan sekitarnya menjelma padang gurun Yehuda, tetapi ada satu wilayah yang tersisa yaitu kota Yerikho.
“Ada sebagian dari lembah yang indah ini tersisa, dengan mata air dan sungainya yang mengalir terus, yang menyenangkan hati manusia. Di lembah ini yang penuh dengan ladang-ladang flora dan hutan palem pada zaman itu serta pohon-pohon lain yang mengeluarkan buah.” Alfa dan Omega jilid 2 hal 189.

Kota Yerikho yaitu wilayah yang tersisa dari pemusnahan tersebut, namun sayang sekali ketika mereka terbebas dari kehancuran Sodom dan Gomora, mereka tidak memakai kesempatan ini untuk bertobat. Kota Yerikho justru menyebarkan dirinya sebagai sentra penyembahan berhala Astoret, dewi bulan dan baal peor.
“Yerikho yaitu salah satu tempat kedudukan yang utama dari pada penyembahan berhala, yang dikhususkan kepada ilah Astoret, dewi bulan itu. Di tempat inilah terpusat segala bentuk yang paling jahat dan paling keji dari agama bangsa Kanani.” Alfa dan Omega jilid 3, hal 92.
Kota Yerikho tidak memanfaatkan kesempatan ini untuk bertobat sehingga pada ketika bangsa Israel keluar dari mesir dan ketika hendak memasuki kota Yerikho, Allah melalui Yosua berkehendak supaya kota Yerikho harus dimusnahkan bersama segala jenis berhalanya.
“Dan kota itu dengan segala isinya akan dikhususkan bagi TUHAN untuk dimusnahkan; hanya Rahab, wanita sundal itu, akan tetap hidup, ia dengan semua orang yang bersama-sama dengan ia dalam rumah itu, lantaran ia telah menyembunyikan orang suruhan yang kita suruh.” (Yosua 6:17). 
Setelah kota Yerikho dimusnahkan, kota ini dikutuk oleh Tuhan melalui firman yang disampaikan-Nya melalui Yosua.
“Pada waktu itu bersumpahlah Yosua, katanya:‘Terkutuklah di hadapan TUHAN orang yang berdiri untuk membangun kembali kota Yerikho ini; dengan membayarkan nyawa anaknya yang sulung ia akan meletakkan dasar kota itu dan dengan membayarkan nyawa anaknya yang bungsu ia akan memasang pintu gerbangnya!’" (Yosua 6:26).
Setelah dikutuk oleh Tuhan kota Yerikho menjadi kosong dan tidak berpenghuni, tetapi ironisnya lima era kemudian pada masa pemerintahan raja Ahab, muncul seorang yang berjulukan Hiel, membangun kembali kota ini sebagai kota sentra penyembahan berhala. Ia menjadikan dua anaknya yaitu Abiram dan Segub sebagai tumbalnya.
Pada zamannya itu Hiel, orang Betel, membangun kembali Yerikho. Dengan membayarkan nyawa Abiram, anaknya yang sulung, ia meletakkan dasar kota itu, dan dengan membayarkan nyawa Segub, anaknya yang bungsu, ia memasang pintu gerbangnya, sesuai dengan firman TUHAN yang diucapkan-Nya dengan perantaraan Yosua bin Nun. (1 Raja-Raja 16: 34). 
Tetapi kutuk Tuhan akan tanah Yerikho masih dirasakan hingga zaman Elisa berupa air yang beracun.  Hiel tidak berkuasa untuk membangun kota Yerikho, hanya Tuhan yang berkuasa mencabut kutuk tersebut. Kaprikornus kini kita tahu bahwa wilayah Yerikho ini yaitu wilayah sisa-sisa dari lembah Yordan yang disebut taman Tuhan, Tetapi kemudian tanah ini di kutuk oleh Tuhan lantaran penyembahan berhala.

Kota Yerikho, yaitu citra dunia pada ketika ini, dunia yang telah jatuh ke dalam dosa. Kini dosa itu telah mendatangkan kutuk bagi dunia, sehingga dunia ini dipenuhi oleh penyakit, penderitaan, final hidup dan kejahatan. Sehingga dimanapun kita berada, ke empat hal ini selalu kita temui entah itu di desa, di kota, atau bahkan di gereja sekalipun.

Air yang beracun yaitu citra insan yang terpisah dari Tuhan lantaran dosa, sehingga terputus dari Sang Sumber Kehidupan.  Firman Tuhan berkata. “Sebab upah dosa yaitu maut.” Roma 6:23. Dosa yaitu racun bagi dunia, bagi saya, dan bagi kita semua.  Demikian racun dosa yang telah meracuni sumber-sumber mata air di dunia ini, dan tragisnya semua insan telah meminum air beracun ini. Semua orang telah berdosa, sehingga penderitaan, sakit penyakit dan kematian, tidak terhindarkan lagi.

2. Garam Penawar Racun Dunia. 

Dunia ini membutuhkan penawar racun untuk menyehatkan air tersebut.  Pada ketika Nabi Elisa mengambil garam kemudian menaburkan garam itu ke dalam air demikian juga Tuhan Yesus memakai garam untuk melawan racun dosa.  Yesus berkata:
"Kamu yaitu garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang (Matius 5:13).
Kalimat ini diucapkan ke pada murid-murid Kristus di hadapan para pendengar khotbah di atas bukit, maka murid-murid yaitu garam dunia tersebut.


Apabila bila kita yaitu murid Yesus maka kita yaitu garam dunia,” Maksudnya ialah:
“Janganlah menarik diri dari dunia ini dengan maksud untuk meluputkan diri dari aniaya. Kamu harus tinggal di antara manusia, semoga kesenangan kasih Ilahi menjadi menyerupai garam untuk mencegah dunia ini dari kemerosotan. Alfa dan Omega Jilid hal 325.
Tuhan berkehendak supaya kita hidup di antara orang-orang yang tidak mengenal Allah, berinteraksi dengan mereka dan dekat dengan mereka, bukan menjauh dari mereka walaupun kita dianiaya. Tujuannya yaitu supaya kita sanggup menjangkau jiwa-jiwa yang membutuhkan pengajaran akan kebenaran, melalui kesaksian dan teladan kita sebagai murid-murid Tuhan Yesus. Sehingga melalui firman Tuhan dan hukum-hukumnya yang faktual di dalam perkataan, perbuatan, dan gaya hidup kita maka mereka akan memperoleh pengetahuan dan pola yang benar untuk menjadi murid Kristus. Kita yaitu alat Tuhan untuk mengalahkan imbas dosa dan untuk mengabarkan informasi keselamatan.

Melalui cara ini Tuhan telah menciptakan kita menjadi penting bagi dunia ini, lantaran tanpa keberadaan kita sebagai garam dunia, dunia ini hanyalah lahan yang indah tapi airnya beracun. Sehingga tanpa kita sadari, bersama-sama ada aneka macam orang-orang di dunia ini yang berhutang akal kepada kita: Ellen G. White berkata, 
“Jika mereka yang melayani Allah dikeluarkan dari dunia dan Roh Nya ditarik dari antara manusia, maka dunia ini akan tinggal sunyi senyap dan rusak, sebagai hasil dari kekuasaan setan. Walau pun orang jahat tidak mengetahuinya, mereka berhutang akal atas berkat-berkat dalam kehidupan ini yang ada hingga ketika ini, di dalam dunia ini, lantaran adanya umat Tuhan yang mereka hinakan dan tindas.” Kerinduan Segala Zaman Hal 325.
Demikian kita sebagai umat Tuhan harus sanggup menunjukkan imbas positif bagi dunia ini, bagi lingkungan kita.
Kemudian pergilah ia ke mata air mereka dan melemparkan garam itu ke dalamnya serta berkata: "Beginilah firman TUHAN: Telah Kusehatkan air ini, maka tidak akan terjadi lagi olehnya final hidup atau keguguran bayi." Demikianlah air itu menjadi sehat hingga hari ini sesuai dengan firman yang telah disampaikan Elisa. (2 Raja 2: 21,22).

Perhatikan kata “firman Tuhan” pada ayat di atas.  Firman Tuhanlah yang telah menciptakan air ini menjadi sehat, bukan garam.  Sebenarnya garam tidak mempunyai kuasa sama sekali untuk menyehatkan air, apa lagi dikatakan bahwa air itu menjadi sehat untuk selamanya.  Kalaupun garam sanggup menyehatkan air, itu sifatnya bukan permanen.

Saya percaya tanpa garampun air ini akan sanggup disehatkan oleh Allah.  Lalu kenapa Elisa memakai garam?  Kenapa Yesus memakai garam?  Dalam artian mengapa Allah mengunakan kita sebagai alatnya untuk pekabaran?  Tuhan mengiginkan supaya berperan serta dalam karya keselamatan.  Tuhan menunjukkan kehormatan kepada kita untuk berguru melaksanakan tugas-tugas-Nya dan Karakter-Nya.  Pekabaran firman Tuhan, disebarkan melalui kombinasi Kuasa Allah dan kuasa kesediaan manusia.

3. Lambang Rasa Asin.

“Khasiat garam menggambarkan kuasa penting dari orang Kristenkasih Yesus dalam hati, kebenaran Kristus mencakup kehidupan…. Apabila kasih memenuhi hati, itu akan mengalir kepada orang-orang lain, bukan lantaran kebaikan hati yang diterima dari mereka, tetapi lantaran kasih yaitu prinsip perbuatan. Kasih mengubah tabiat, menguasai gerakan hati, menaklukkan musuh, dan memuliakan kasih sayang. Kasih itu seluas alam semesta, dan selaras dengan para malaikat pekerja. Dihargai dalam hati, itu mempermanis seluruh kehidupan, dan mencurahkan berikutnya kepada sekelilingnya. Ini dan hanya inilah, yang sanggup menciptakan kita menjadi “garam dunia …. Demikian juga orang-orang Nasrani yang disucikan melalui kebenaran akan mempunyai sifat-sifat yang menyelamatkan yang melindungi dunia dari kerusakan moral samasekali. Khotbah di Bukit. Hal 17- 18.
Lambang rasa asin tersebut yaitu suatu kuasa yang muncul dari dalam hati orang Nasrani yang dipenuhi dengan kasih Allah. Kasih tersebut memenuhi hati dan mengubah seluruh aspek kehidupan orang Nasrani tersebut, sehingga ia memancarkan imbas positif bagi dunia atau lingkungan sekitar. Melawan imbas negatif dari sifat alamiah dosa yang merusak moral dan membunuh impian insan untuk mencari Allah.  Tanpa kasih Allah dan kebenaran Kristus yang mencakup jiwa maka orang Nasrani akan sama dengan garam yang tawar.  Tanpa kasih Allah dan kebenaran Kristus yang mencakup jiwa maka insan tidak mempunyai kuasa untuk berbuat kebaikan.

4. Apabila Hilang Rasa Asin.

Pada kepingan ini kita kan mempelajari suatu fase yang rumit, lantaran pada zaman modern sulit ditemukan garam (Natrium Clorida [NaCl]) yang menjadi tawar.

Kebanyakan garam diperoleh dari penguapan dan pengkristalan air laut.  Pada ketika petani garam menambang garam maka yang diperoleh yaitu garam yang tidak murni Natrium Clorida (NaCl) tetapi masih bercampur dengan sulfat, magnesium, kalsium, potasium, dan unsur-unsur tanah maupun kotoran sehingga diperlukan proses iodisasi (pemurnian garam).  Tentu saja garam yang tidak murni mempunyai rasa yang kurang asin dan gampang kehilangan rasa asin atau mengalami kegagalan reaksi kimia garam.

Garam sendiri merupakan sebuah keajaiban.  Garam murni (NaCl) yaitu sebuah senyawa yang terbentuk dari unsur Natrium (Na) dan unsur Chlorida (Cl).  Kalau kita lihat satu per satu, Natrium yaitu suatu unsur yang berbahaya, sangat eksplosif dan apabila kena air sedikit saja maka akan meledak dan mengeluarkan api. Sedangkan Chlor (Cl) merupakan jenis gas yang sangat beracun.

Natrium dan Chlor yaitu jenis zat yang sangat berbahaya, tetapi sesudah keduanya bersatu membentuk Natrium Chlorida, maka kedua sifat buruknya yang gampang terbakar dan beracun menjadi musnah, kemudian menjadi zat yang sangat bermanfaat bagi manusia.

Garam pada zaman dahulu tentu saja tidak melalui proses pemurnian sehingga garam gampang mengalami hilang rasa asin atau mengalami kegagalan reaksi kimia garam.  Kita sanggup membayangkan kalau garam ini mengalami kegagalan reaksi kimia, maka garam akan menjadi materi yang tidak berguna, sangat berbahaya, sangat beracun, dan apabila dibuang ke tanah maka akan merusak kesuburan tanah tersebut.

Kasih Kristus dan kebenaran-Nya apabila bereaksi dalam hati insan akan mengubah watak insan yang jelek dan bersifat racun menjadi baik dan memancarkan imbas kebaikan.  Tetapi kalau orang Nasrani tidak mempunyai Kasih Kristus dan kebenaran yang memenuhi hati, maka ia tidak akan mempunyai imbas untuk kebaikan dalam dunia ini, dan justru ia akan menjadi kepingan dari racun dunia.

Jika hal ini terjadi maka sia-sialah hidup keagamaan kita, lantaran firman Tuhan yang di sampaikan lewat Nyonya White berkata:
"Tetapi kalau orang Nasrani hanya di dalam nama saja, mereka itu hanyalah bagaikan garam yang sudah tawar.  Mereka tidak mempunyai imbas untuk kebaikan dalam dunia ini. Oleh citra jelek yang ditunjukkan ihwal Allah, maka mereka itu lebih jahat daripada orang‑orang yang tidak percaya." Alfa dan Omega jilid 5 hal 325
Jika kita sebagai orang Kristen, ternyata tidak sanggup menunjukkan imbas positif bagi orang lain, maka kita tidak lebih baik dari orang-orang kafir sekalipun. Maka menjadi percumalah iktikad dan praktek keagamaan yang telah kita bangun, kalau kita justru menunjukkan imbas negative bagi mereka sebagai ganti imbas positif.

5. Contoh Ciri-ciri Orang Nasrani Yang Sudah Menjadi Garam Yang Tawar. 

Demikian beberapa pola ciri-ciri orang Nasrani yang sudah menjadi garam yang tawar, tentu saja masih banyak yang lainnya.

a) Tidak mau hidup berdamai.

“Garam memang baik, tetapi kalau garam menjadi hambar, dengan apakah kau mengasinkannya? Hendaklah kau selalu mempunyai garam dalam dirimu dan selalu hidup berdamai yang seorang dengan yang lain.” (Mark 9: 50).

b) Tidak mau menyangkal diri.

“Demikian pulalah tiap-tiap orang di antara kamu, yang tidak melepaskan dirinya dari segala miliknya, tidak sanggup menjadi murid-Ku. Garam memang baik, tetapi kalau garam juga menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan?” (Lukas 14: 33).

c) Tidak mau dipakai oleh Tuhan untuk menjadi alat pekabaran-Nya.

Kecuali Roh Kudus sanggup memakai kita sebagai wakil-wakil yang memberikan kebenaran menyerupai yang terdapat di dalam Yesus, kita bagaikan garam yang telah tawar dan sama sekali tidak berguna. Oleh kurangnya kita mempunyai kasih karunia Kristus, kita menyaksikan kepada dunia bahwa kebenaran yang kita nyatakan supaya dipercayai tidak mempunyai kuasa yang menyucikan; dan dengan demikian, sepanjang imbas kita bekerja, kita menciptakan firman Allah tidak berhasil. Khotbah di Atas Bukit Hal 17-18.
Apabila seorang Nasrani sudah menjadi garam yang sudah tawar maka justru merekalah yang menjadi penghambat bagi pekerjaan pelayanan injil.

Pertanyaan untuk didiskusikan.

  1. Bagaimanakah caranya atau langkah-langkah supaya kita sanggup menjadi garam dunia?
  2. Bagaimanakah caranya supaya kita tidak menjadi garam yang sudah tawar?
  3. Apakah karenanya kalau kita menjadi garam yang tawar?

Renungan

  • Di manakah posisi kita, apakah kita kini ini garam dunia atau garam yang sudah tawar?
  • Bagaimanakah perkataan, gaya hidup, dan tingkah laku saya dalam menerangkan hal ini?
  • Apa yang harus saya lakukan supaya saya sanggup menjadi garam dunia?