Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Cara Memahami Kepribadian Anak


Aspek-Aspek Pengembangan Kepribadian
Bermacam-macam kepribadian sudah terang terlihat pada belum dewasa usia taman kanak-kanak maupun lebih muda lagi.
  1. Pendiam atau penurut, dan mungkin masih bersifat demikian bertahun-tahun kemudian. Anak lain bersifat aktif dan berdikari.
  2. Penuh rasa ingin tahu, selalu mempelajari hal-hal gres dengan teliti. Sampai dewasapun sifatnya akan demikian.
  3. Ada juga anak yang mencoba mainan gres dan tergesa-gesa.
  4. Anak usia 3 tahu.
    • Memiliki rasa percaya diri yang tinggi. Dia tenag-tenang saja berada dalam situasi apa pun.
    • Anak seumur yang lain segera gelisah sedikit saja diganggu
    • Anak lain lagi suka berteman, makin banyak orang di sekitarnya makin bahagialah dia. 
     5. Ada juga anak yang memyendiri, menyingkir setiap ada sahabat gres atau banyak orang.
Lima, bahkan sepuluh tahun kemudian belum dewasa itu mungkin masih mempunyai sifat yang demikian.
 
mengembangkan-kepribadian-anak-google
Walau begitu, para psikolog atau psikiater menyampaikan bahwa pembawaan-pembawaan berupa tingkahlaku sosial khusus seperti,
1.      Kejujuran atau kaculasan
2.      Kepatuhan atau kurang tanggungjawab
3.      Hemat atau boros
4.      Pemabuk atau bukan
5.      Taat peraturan atau suka melanggar

Bukan diperoleh dari warisan melainkan dari pengalaman hidup. Jauh bedanya dengan sifat-sifat umum ibarat pada pembahasan sebelumnya.
                       
Perbedaan Antara Anak Perempan Dengan Anak Laki-Laki
Sejak lahir sudah ada perbedaan antara anak perempuan dengan anak laki-laki. 
                          1.     Pada usia tiga/ empat tahun persaan ank-anak sangat terang terbaca. Anak laki-laki biasanya                   memiliki rasa nyaman terhadap ibu. begitu juga perasaan anak perempuan normal terhadap                 ayah.
                          2.    Pada usia enam tahun keatas, belum dewasa mulai memandang dunia secara nyata.  Anak laki-laki            memasang perilaku bermusuhan terhadap anak perempuan  dan lebih mendekatkan diri dengan                sekolah dan teman-teman.
                       3.    Setelah melewati masa adolesen, anak laki-laki membuatkan diri  pada bidang-bidang                   yang dipilihnya. Demikian juga anak perempuan.
                       4.      Perbedaan yang tajam antara kedua jenis itu tampak pada perilaku terhadap bahaya. Sudah                       ditakdirkan bahwa laki-laki selalu meragukan, meskipun sedikit, keberaniannya, kemampuannya               untuk      bersaing dan kejantanannya.

Kaum perempuan tidak hanya risau mengingat resiko yang dihadapi, tetapi mereka juga risau oleh semangat mereka dalam mengerjakannya. Tentu saja bukan berarti laki-laki tidak butuh pertolongan,  mereka hanya memperlambat kepasrahan.

Pada Masa Kanak-Kanak, Belajar Adalah Proses Tanpa Akhir
Mempelajari sesuatu yang gres yaitu duduk masalah yang tidak sederhana a anak. Dan hampir selalu melalui tiga fase. Yaitu,
        1.      fase mencoba tanpa bisa mengerjakannya, kemudian sehabis kemampuan itu terkuasai,
        2.      mengerjakannya terus menerus tanpa mengetahui manfaatnya,
        3.      fase ketiga yaitu saat beliau sudah cerdik mempergunakan kemampuannya itu.
Begitulah tiga fase yang dilalui selama beliau mencar ilmu menguasai kemampuan tertentu.  

Fase pertama dan fase kedua bisa dinilai sebgai “dorongan”, dorongan untuk mencoba dan dorongan untuk melakukan, tanpa memahami artinya.

Fase ketiga yaitu tingkat yang dinilai sebagai “kelengkapan”. Dia benar-benar telah menguasi dan menggabungkan kemampuan barunya bahu-membahu kemampuan lain, untuk dipergunakan bilamana perlu.

Demikianlah, semenjak lahir terus berlangsung fase-fase yang berurutan tersebut, hingga nanti beliau menjadi dewasa. Setiap pengalaman membuatnya mencar ilmu ihwal keahlian dan sikap-sikap baru. Seorang anak tidak pernah lepas dari hasrat untuk mencoba, mengalami, berlatih, dan risikonya ketentraman.

Nah, disinilah letaknya kiprah orangtua yang terpenting. Orangtua harus bisa mengontrol secara wajar.  Orangtua harus bisa memahami keadaan anak tersebut, sehingga mempunyai lebih banyak kesempatan untuk memberi bimbingan.


________________________________________
Sumber:
Norr Maryam. (1991). Orangtua Permasalahan dan Upaya Mengatasinya. Terj. Spock Benyamin. Problems of parents. Semarang: effhar & dahara prize
Helmawati. (2014). Pendidikan Keluarga Teoretis dan Praktis. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Gambar: google



Sumber http://caramu123.blogspot.com/