Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Review Film: Kartini (2017) - Sisi Lain Kartini



Sebelumnya produksi film Indonesia berhasil membuat film yang beraliran biopict yaitu film wacana B.J. Habibie (Habibie & Ainun - 2012; Rudy Habibie - 2016) dan Soekarno - 2013. Kali ini di tahun 2017, diproduksi film biopict yang disutradarai oleh Hanung Bramantyo berjudul "Kartini". Dari judulnya sudah bisa ditebak jikalau film ini akan mengangkat kisah dari tokoh jagoan nasional Raden Ajeng Kartini, yang diperani oleh aktris Dian Sastrowardoyo. Aktor dan aktris populer lainnya yang ikut berperan dalam film ini yaitu Deddy Sutomo, Christine Hakim, Acha Septriasa, Ayushita, Reza Rahardian, Djenar Maesa Ayu, Adinia Wirasti, Denny Sumargo dll.

Disamping dari para pemain drama dan aktris populer yang menarik penonton untuk menonton, film ini dirilis pada 19 April 2017 didekat Hari Kartini. Sehingga feel menonton film ini semakin bisa didapatkan. Hanya saja, sayangnya gue gres sempat menonton seminggu sehabis film ini dirilis, tapi setidaknya gue sudah kesampaian untuk menonton film biopik dari salah satu jagoan nasional Indonesia ini. Sebenarnya film ini sempat tertunda selama setahun yang direncanakan rilis pada tahun 2016 kemarin, tetapi sebab keperluan data yang belum cukup, maka film Kartini ini ditunda biar sanggup membuat script yang lebih matang.


Sinopsis
Secara singkat, film ini menceritakan kisah usaha Kartini di zaman tradisi Jawa Kuno yang masih sangat kental untuk memperjuangkan emansipasi perempuan, biar mempunyai kesetaraan hak ibarat pria untuk mengenyam pendidikan. Kartini tumbuh dengan melihat eksklusif bagaimana ibu kandungnya, Ngasirah menjadi orang terbuang di rumahnya sendiri, dianggap pembantu hanya sebab tidak mempunyai darah ningrat (bangsawan). Ayahnya, Raden Sosroningrat, yang merupakan Bupati Jepara juga tidak berdaya melawan tradisi tersebut.

Kartini sangat tersiksa dengan kehidupan tradisi dimana wanita tidak bisa bebas dan hanya terlahir untuk menikah dan menjadi istri laki-laki. Karena sejatinya, Kartini hanya ingin hidup bebas serta mengenyam pendidikan tinggi ibarat abang laki-lakinya, Raden Mas Panji Sosrokartono yang sanggup berguru ke negeri Belanda. Kartono yang iba pada penderitaan Kartini karenanya memperlihatkan sebuah kunci kepada adiknya itu. Kunci tersebut merupakan kunci lemari Kartono yang berisi buku-buku berbahasa Belanda yang membuat wawasan Kartini berkembang. Disinilah awal mula kisah usaha Kartini dimulai.

Sepanjang hidupnya, Kartini memperjuangkan kesetaraan hak bagi semua orang, tidak peduli ningrat atau bukan, terutama hak pendidikan untuk wanita dan orang miskin dengan mendirikan sekolah untuk kaum miskin dan membuat lapangan kerja untuk rakyat di Jepara. Film ini juga menceritakan Kartini bersama kedua saudarinya, Roekmini dan Kardinah, yang disebut sebagai Trio Semanggi.


Review
Filmnya sungguh diluar ekspektasi, sangat elok dan bisa menyaingi atau mungkin lebih elok dari film Habibie & Ainun. Film ini benar-benar menanamkan banyak makna dan pesan susila kehidupan. Dari film ini juga, gue jadi sangat terpesona dengan sosok Kartini, hal tersebut sebab tugas Dian Sastro yang sangat maksimal dan total memerankannya. Aktor dan aktris lainnya ibarat Deddy Sutomo (Raden Sosroningrat), Christine Hakim (Ngasirah), Acha Septriasa (Roekmini), Ayushita (Kardinah), Djenar Maesa Ayu (Moeryam), Denny Sumargo (Slamet) dan Adinia Wirasti (Soelastri) juga memerankan tokohnya dengan baik. Cuman disayangkan, tokoh Kartono (Reza Rahardian) hanya tayang dalam waktu yang cukup singkat. Namun dalam hal akting, gak perlu diragukan lagi, sebab semua pemain drama dan aktris dalam film ini yaitu juara akting.

Hanung Bramantyo bisa merangkum kisah Kartini menjadi dongeng yang sangat elok, sehingga sanggup ditangkap dan dinikmati para penonton. Di film ini juga memperlihatkan sisi lain Kartini yang agak tomboi yang selama ini belum kita ketahui dalam buku sejarah. Setting daerah dan tata rias yang lengkap dan sempurna membuat penonton benar-benar terbawa pada suasana Jawa di tahun 1800-1900. Secara garis besar, selain ceritanya yang mengagumkan, film ini ditampilkan dengan sinematografi yang apik, serta diiringi musik dan artistik yang indah.

By the way, official soundtracknya keren lho! Judulnya "Memang Kenapa Bila Aku Perempuan?" yang dinyanyikan oleh Melly Goeslaw & Gita Gutawa:


Gue yang menonton film ini sungguh terharu dan hampir mau nangis melihat usaha Kartini. Dari film ini selain mengenal sosok Kartini, kita juga menjadi lebih mengapresiasi sosok wanita pada kehidupan kita.


Namun disayangkan, peminat dari film ini masih sedikit. Seperti dikutip di Instagram Hanung Bramantyo, dimana dalam 6 hari film Kartini hanya bisa mencapai 300.000an penonton.

Padahal gue rasa film ini seharusnya lebih banyak ditonton, sebab mengisahkan wacana salah satu tokoh jagoan nasional Indonesia. Tapi disayangkan, sebab tampaknya para penonton Indonesia lebih tertarik dengan film beraliran komedi, action, romansa atau horror dibandingkan biopik. Hal itulah yang mungkin membuat film ini sulit menerima penonton.

Persaingan pula bertambah berat dikarenakan dirilis berdekatan dengan film Marvel "Guardians of The Galaxy Vol. 2" pada 26 April 2017. Selain itu, kurangnya penonton pada film ini kemungkinan sebab informasi gosip yang menerpa aktris Dian Sastro sebagai pemeran tokoh utama pada film Kartini, yang katanya "menepis" tangan fans di salah satu event. Namun disamping hal itu, film ini perlu lebih diapresiasi, sebab memang kisah dari filmnya ini yang overall bagus.


Menurut gue, film ini wajib ditonton oleh seluruh kalangan maupun wanita atau laki-laki. Dijamin gak bakal nyesel deh nonton film Kartini ini!


Ibu Kita Kartini, Putri Sejati, Putri Indonesia, Harum Namanya...
Sungguh besar cita-citanya, bagi Indonesia!