Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Prinsip-Prinsip Berkhotbah Berdasarkan Ellen G. White.

Khotbah Harus Menyajikan Pengetahuan Alkitab, Tanpa Cerita Lelucon.

Pemberitaan firman harus menghimbau orang untuk cerdik dan harus memberi pengetahuan, tetapi hal itu harus melaksanakan lebih banyak dari pada ini. Perkataan pendeta biar berhasil harus mencapai hati para pendengarnya. Ia tidak boleh menyertakan cerita-cerita lelucon dalam khotbahnya. EGW-Pelayan Injil, hal 133.

Khotbah Harus Memberikan Pengetahuan Kepada Pendengar Mengenai Apa Yang Harus Dilakukan Supaya Selamat.

Banyak dari antara mereka, yang dilayani pekerja kita tidak mengetahui kebenaran Bibel dan tuntutan Allah, serta pelajaran paling sederhana perihal kesalehan yang mudah tiba kepada mereka sebagai penyataan yang baru. Orang-orang ini perlu mengetahui kebenaran itu, dan waktu melayani mereka, pendeta tidak boleh menempuh jalur pemikiran yang secara sederhana akan menyenangkan mimpi atau memuaskan rasa ingin tahu. Sebaliknya dia akan memecah memecahkan roti untuk jiwa yang kelaparan ini. Ia dilarang mengkhotbahkan sebuah khotbah yang tidak menolong para pendengarnya untuk melihat lebih terang apa yang mereka harus perbuat biar selamat. EGW-Pelayan Injil, hal 135.
Tolonglah mereka biar mengerti apa kebenaran itu; pecah-pecahkan roti hidup bagi mereka; arahkan perhatian mereka kepada dilema penting. 136.


Sampaikan Kebenaran Dengan Tajam!

Pelayan Allah harus mengangkat bunyi menyerupai terompet, dan pertanda orang banyak pelanggaran mereka. Khotbah-khotbah halus yang sering dikhotbahkan tidak menciptakan kesan yang tahan lama. Manusia tidak ditembusi hingga kehati, oleh lantaran kebenaran-kebenaran yang terang tajam tidak disampaikan kepada mereka. EGW-Pelayan Injil, hal 131-132.
Perkataan Kristus sama tajamnya dengan Anak panah, yang menembus dan melukai hati para pendengar-Nya. Setiap kali dia berbicara kepada orang banyak apakah pendengar-Nya banyak atau sedikit perkataan-Nya memberi efek yang menyelamatkan kepada jiwa seseorang. EGW-Pelayan Injil, hal 133.

Jika Fokusnya Skill Berbicara Maka Khotbah Hanya Akan Membangkitkan Emosi Pendengar, Bukan Pertobatan.

Barang siapa dalam berkhotbahnya menciptakan kepandaiaan berbicara menjadi tujuannya yang tinggi, akan menyebabkan orang lupa akan kebenaran yang tercampur dengan pidatonya. Bila mana emosi sudah berlalu, akan teryata bahwa firman Allah tidak terikat pada pikirannya, atau memperoleh pengertian. EGW-Pelayan Injil, hal 135.

Hal-Hal Lain Yang Tidak Boleh Dilakukan Dalam Berkhotbah.

Ia harus memberitakan firman Tuhan itu bukan pengajaran dan tradisi manusia, bukan cerita dongeng yang menyenangkan atau kisah-kisah yang menegangkan, untuk menggerakkan kayalan dan membangkitkan emosi. Tidak boleh meninggikan dirinya sendiri… dilarang ada kesembronoan, dilarang tidak ada yang tidak berguna, dilarang ada penafsiran yang bersifat fantasi, pendeta harus berbicara dengan sungguh-sungguh dan ketekunan yang dalam, sebagai bunyi dari Allah yang menyingkapkan Kitab yang kudus. EGW-Pelayan Injil, hal 130.






Sumber: White, Ellen G. Pelayan Injil. Bandung: Indonesia Publishing House, 2012.