Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

4 Cerita Singkat Tokoh Wirausahawan Di Bidang Kerajinan Yang Sukses Di Indonesia

Kisah Singkat Tokoh Wirausahawan di Bidang Kerajinan yang Sukses di Indonesia 4 Kisah Singkat Tokoh Wirausahawan di Bidang Kerajinan yang Sukses di Indonesia

Ada beberapa tokoh wirausahawan di bidang kerajinan yang sukses meniti karirnya walau hanya bermodalkan barang-barang bekas yang didaur ulang menjadi sesuatu yang bernilai jual. Tokoh wirausahawan di bidang kerajinan yang sukses ini pun hingga meraup omset hingga 12 milyar pertahun.

Bahkan tokoh wirausahawan di bidang kerajinan yang sukses ini tidak hanya memasarkan produknya di Indonesia. Tetapi juga mengekspor ke aneka macam negara tetangga dan negara-negara eropa.

Berwirausaha di bidang kerajinan terkadang mempunyai keistimewaan tersendiri dibandingkan perjuangan lainnya. Dalam bisnis ini diperlukan kreativitas dan jiwa seni yang tinggi. Sangat cocok untuk Anda yang memang mempunyai passion seni.

Sosok wirausahawan yang sukses dalam bidang kerajinan ialah mereka yang berakal melihat peluang bisnis di sekitar mereka.

Mungkin bagi kita kayu dan botol bekas itu hanyalah sebuah sampah. Tetapi di tangan mereka sampah itu bisa menjadi karya indah yang harganya cukup mahal bila dipasarkan.

Mau tahu siapa saja pengusaha di bidang kerajinan yang sukses itu? Simak baik-baik klarifikasi lengkapnya berikut ini.

1. Eni Aryani : Dari Kaleng Bekas Menjadi Produk Ratusan Juta Hingga Tembus Pasar Australia.


Kisah Singkat Tokoh Wirausahawan di Bidang Kerajinan yang Sukses di Indonesia 4 Kisah Singkat Tokoh Wirausahawan di Bidang Kerajinan yang Sukses di Indonesia

Bagi kita mungkin sampah ialah sesuatu yang sama sekali tidak berguna. Namun untuk Eni Aryani sampah justru jadi sumber penghasilan perhiasan yang cukup besar.

Dengan bermodalkan kaleng dan kayu bekas Eni bisa menghasilkan omset hingga ratusan juta perbulannya.

Ia sangat terampil menyulap sampah yang tak berkhasiat menjadi kerajinan tangan yang bernilai jual. Karyanya mempunyai ciri khas tersendiri pada motif dan desainnya yang membedakan dari produk kerajinan lain pada umumnya.

Wanita kelahiran Yogyakarta, 22 Desember 1979 ini menciptakan kebih dari 20 macam varian produk. Diantaranya yaitu guci stempel, kaleng krupuk, vas bunga, tenong, ceret angkringan, tempat kue, ember, pensil, siraman bunga, dan barang-barang keperluan rumah tangga lainnya.

Walaupun hanya dari kaleng dan kayu bekas, barang yang dibentuk Eni ternyata dijual dengan harga yang cukup mahal. Yaitu sekitar ratusan ribu hingga jutaan rupiah.

Salah satu alasan mengapa harganya cukup mahal alasannya ialah kerajinan itu dibentuk sepenuhnya dengan tangan (handmade).

Kisah Singkat Tokoh Wirausahawan di Bidang Kerajinan yang Sukses di Indonesia 4 Kisah Singkat Tokoh Wirausahawan di Bidang Kerajinan yang Sukses di Indonesia

Harga yang ditawarkan mulai dari Rp 200 ribu hingga Rp 1,2 juta per unitnya. Barang kerajinan yang mahal biasanya berupa hiasan atau pajangan yang dibentuk custom.

Bisnis Wastraloka ini dirintis oleh Eni Aryani semenjak tahun 2014.

Konon pada dikala memulai bisnis, Eni hanya memakai modal sebesar Rp 5 juta. Sebagian besar hanya dipakai untuk membeli materi baku berupa cat akrilik dan barang bekas.

Selama berjalan satu tahun usahanya terus mengalami perkembangan. Permintaan akan barang kerajinan kian membludak sehabis Eni memasarkan produknya secara online.

Dengan banyaknya undangan maka tak heran jikalau Eni bisa meraup omset hingga ratusan juta perbulannya.

Singkat dongeng produk wastraloka kian terkenal. Terlebih lagi selama setahun menjalankan bisnis ini atau lebih tepatnya pada tahun 2015, Eni mengikuti ajang pameran kerajinan tangan terbesar di Indonesia yaitu Inacraft.

Eni merasa sangat beruntung mengikuti ajang tersebut alasannya ialah dengan mengikuti Inacraft ia bisa memasarkan produk kerajinan tangannya pada jangkauan yang lebih luas.

Setelah 2 tahun menggeluti bisnisnya Wastraloka dengan omset yang cukup besar, Eni mulai berpikir untuk fokus menggarap bisnisnya.

Ia yang bekerja sebagai karyawan swasta pada suatu perusahaan ingin mengundurkan diri (resign) dari pekerjaannya.

Sementara untuk lokasi bisnis Wastraloka, Eni mempunyai tempat workhshop kerajinan tangan di Yogyakarta. Dan untuk pemasarannya Wastraloka mempunyai galeri pemasaran di daerah Kemang, Jakarta Selatan.

Untuk pembelinya sendiri tidak hanya dari kalangan perorangan atau individu, tetapi juga dari kalangan korporasi besar menyerupai restoran dan hotel. Bahkan hingga di ekspor ke Jepang dan Australia.

Dalam proses produksinya, Eni dibantu oleh 8 orang pegawai. Namun jikalau orderan sedang banyak-banyaknya Eni juga mempekerjakan 5 freelancer.

Untuk pengerajin kalengnya ada 3 orang dan dibantu 2 orang freelance. Sementara pelukisnya ada 5 orang dan dibantu 2 orang freelance.

Baca Juga : 9 Solusi Modal Usaha Bagi Anda Yang Bingung Mencari Sumber Modal


2. Diah Rahmalita: Bisnis Piring dan Gelas Bekas yang Bernilai Jutaan Rupiah.


Kisah Singkat Tokoh Wirausahawan di Bidang Kerajinan yang Sukses di Indonesia 4 Kisah Singkat Tokoh Wirausahawan di Bidang Kerajinan yang Sukses di Indonesia

Jika Anda mempunyai barang bekas piring, gelas, dan botol kaca di rumah maka Anda patut menggandakan kreativitas mbak Diah Rahmalita (47).

Di tangan mbak Diah barang bekas yang berupa piring, gelas, dan botol kaca ialah sesuatu yang bisa dikreasikan menjadi barang bernilai jual tinggi.

Diah memulai bisnis Decoupage-nya pada tahun 2007. Yang awalnya menciptakan decoupage hanya sebagai side job, kemudian menjelma sebuah bisnis yang besar.

Decoupage pada umumnya adalas seni menempelkan kertas tisu dan dilukis dengan memakai cat.

Bisnis yang ditekuni Diah dengan merk Lita Art pada awalnya hanya memakai modal sekitar Rp 1 juta untuk membeli cat dan media.

Sementara sisanya hanya memakai barang bekas berupa gelas, piring, dan botol beling.

Diah bisa menjalani bisnis Decoupage ini alasannya ialah hobi semata. Ia sama sekali tak mempunyai latar belakang seni. Bahkan gelar sarjana yang dimilikinya pun justru diraih dari Jurusan Ekonomi.

Walaupun awalnya Diah sempat ragu menekuni bisnisnya, tetapi pada balasannya ia menentukan untuk terjun lebih dalam .

Berangkat dari hobinya yang bahagia melukis maka ia pun mencoba menciptakan suatu produk yang bernilai jual. Ia memoles barang-barang bekas menjadi suatu kerajinan yang manis dan menarik untuk dijadikan pajangan.

Setelah 4 tahun menjalani bisnis Decoupage, ia juga menciptakan karya seni lukis kaca. Nama usahanya itu dikenal dengan merk Lita Art.

Pada tahun 2011, ia memprediksi bahwa Lita Art akan menjangkau pasar yang luas.

Maka untuk mempertahankan bisnisnya itu, ia rela resign dari pekerjaannya sebagai karyawan dari salah satu perusahaan swasta.

Masalah mulai muncul ketika Diah fokus menggarap bisnisnya. Diah kesulitan memasarkan produknya alasannya ialah memang ia belum mempunyai pasar yang tetap.

Ia gundah kemana produknya harus dipasarkan dan tidak ada juga yang mengarahkan.

Yang ada dalam benaknya ketika menciptakan kerajinan ialah bagaimana ia bisa menciptakan karya kemudian ditawarkan ke orang. Kalau laris yah alhamdulillah kalau nggak laris yah jadi koleksi pribadi ajah.

Semuanya berubah ketika karya Diah mulai dilirik oleh Pemerintah Daerah.

Mereka beranggapan bahwa keahlian Diah yang bisa menyulap barang bekas menjadi hiasan dan pajangan yang bernilai jual ialah sesuatu yang unik dan kreatif.

Akhirnya Diah mulai menerima tunjangan promosi gratis dari Dinas kota yaitu Disperindag, Dinas Koperasi, dan Dinas Pariwisata sehingga Diah bisa keliling Indonesia dan bahkan hingga ke beberapa negara untuk mengikuti pameran.

Kisah Singkat Tokoh Wirausahawan di Bidang Kerajinan yang Sukses di Indonesia 4 Kisah Singkat Tokoh Wirausahawan di Bidang Kerajinan yang Sukses di Indonesia

Diah mengaku mempunyai beberapa pelanggan dari luar menyerupai negara Asia dan Eropa. Kalau dari Asia ada Thailand, Malaysia, India, Brunei, dan China. Sedangkan dari Eropa ada Swiss, Kroasia, Turki, Italia, dan Bulgaria.

Produk Decoupage-nya dibanderol dengan harga mulai dari Rp 20 ribu hingga jutaan rupiah. Produknya yang paling mahal ialah Decoupage yang dibentuk dari botol kaca besar. Harganya mencapai Rp 1,5 juta rupiah.

Saat ini omset yang diraup Diah perbulannya sekitar 10 hingga 20 juta. Bahkan jikalau ikut pameran bisa lebih dari itu.

Baca Juga : Membongkar 10 Tips Bagaimana Melatih Pola Pikir Out Of The Box (Di Luar Kotak)


3. Made Sutamaya : Pengepul Sampah Kayu Menjadi Pengusaha Beromset Rp 300 Juta Per Bulan.


Kisah Singkat Tokoh Wirausahawan di Bidang Kerajinan yang Sukses di Indonesia 4 Kisah Singkat Tokoh Wirausahawan di Bidang Kerajinan yang Sukses di Indonesia

Sampah kayu terkadang masih dipandang sebelah mata oleh sebagian orang. Padahal dengan hanya mengatakan sentuhan seni dan kreativitas maka sampah itu bisa jadi produk yang bernilai jual.

Hal itulah yang dilakukan oleh salah satu tokoh wirausahawan di bidang kerajinan yang sukses di Bali, Made Sutamaya (49).

Dalam usahanya yang berjulukan Kioski Gallery, Ia berhasil mengolah tumpukan sampah kayu bekas yang berantakan di pinggir pantai menjadi desain interior bernilai jutaan rupiah.

Karyanya cukup bisa menggemparkan jagad bisnis kerajinan yang ada di Indonesia. Ia juga bisa bersaing dengan para pengusaha yang lebih berpengalaman dengan menampilkan aneka macam karya interior desain unik, kreatif, dan berkesan mewah.

Made memaparkan bahwa ia mendirikan bisnis ini pada tahun 2003. Pengalaman kerja selama 23 tahun pada salah satu perusahaan mebel menjadi modal dasar (basic) dalam membangun bisnisnya.

Made mengungkap bahwa modal awalnya memulai perjuangan ini hanya dua karung plastik kayu pantai, paku, dan palu. Dengan berbekal pengalaman mengolah kayu, Made berhasil menyulap sampah kayu menjadi produk berharga jutaan.

Made yang hanya lulusan Sekolah Menengan Atas seringkali melihat banyaknya sampah kayu yang kerap berada di pinggir pantai. Jumlahnya cukup banyak apalagi jikalau demam isu hujan.

Dalam proses pembuatan kerajinan, potongan-potongan kayu yang didapat pribadi disortir terlebih dahulu mana yang layak dipakai dan mana yang tidak.

Selanjutnya kayu-kayu itu dikeringkan kemudian lanjut pada tahap perakitan.

Setelah melalui proses perakitan, Made kemudian mendesain dan membentuknya menjadi aneka macam macam model interior yang diinginkan menyerupai kursi, kaca, meja, lampu, dan lain-lain.

Dalam proses merakit Made biasanya memakai lem kayu atau paku.

Untuk menciptakan produk yang berkualitas tinggi tentu harus memerhatikan dengan seksama jenis sampah kayu yang digunakan. Mulai dari konsep, konstruksi, maupun kualitas kayu semoga nanti tidak terjadi duduk kasus dalam hal perakitan.

Setelah semuanya selesai, langkah selanjutnya ialah pernis. Seluruh kursi, meja, kaca, dan karya lainnya akan dibentuk mengkilap dengan cairan tertentu.

Untuk duduk kasus persediaan kayu Made tidak terlalu ambil pusing alasannya ialah memang melimpah di pinggir pantai pada dikala demam isu hujan.

Kalau pun suatu dikala ia kehabisan stock di pantai, ia siap membeli kayu bekas pada orang-orang yang menawarkannya.

Harga yang dibanderol untuk karya-karya Made Sutamaya melalui Kioski Gallery menyerupai kursi, meja, kaca, maupun lampu berdiri sekitar ratusan ribu hingga jutaan rupiah.

Kisah Singkat Tokoh Wirausahawan di Bidang Kerajinan yang Sukses di Indonesia 4 Kisah Singkat Tokoh Wirausahawan di Bidang Kerajinan yang Sukses di Indonesia

Produk buatan Made ini juga bisa dijamin kualitasnya. Walaupun berasal dari kayu bekas tapi ia bisa menjamin kalau karyanya itu bisa bertahan 20 hingga 30 tahun mendatang.

Made menuturkan bahwa kuatnya konstruksi kayu dikarenakan terjadi proses kimiawi.

Pada dikala terombang-ambing dilautan kayu mengalami reaksi kimia dengan air maritim yang berkadar garam tinggi. Akibatnya kayu menjadi abadi dan tidak gampang keropos.

Ada kesenangan tersendiri yang dirasakan Made dalam menjalankan bisnisnya. Karena selain menerima laba ia juga bisa menekan jumlah sampah kayu yang ada di pinggir pantai.

Untuk pemasaran produknya sendiri sudah mencapai pasar internasional menyerupai Jerman, Perancis, Belanda, Afrika, dan Italia.

Made mengaku mengalami kesulitan untuk menjual produknya pada awal mula bisnis ini. Pasalanya ia hanya menunggu datangnya pembeli di Gallery-nya. Karena kurangnya pembeli sehingga mau tidak mau ia harus bergerak sendiri mencari pembeli.

Satu-satunya cara yang bisa dilakukan untuk menjual lebih banyak produk ialah dengan mengikuti pameran.

Cara ini dianggap sebagai jalan alternetif untuk menemukan calon pembeli yang potensial.

Setelah mengikuti pameran, Made mulai bermanuver dengan media online menyerupai Facebook untuk memasarkan produk dagangannya.

Alhasil, dengan kedua cara itu ia berhasil meraup laba besar dari bisnisnya.

Lama-kelamaan nama Made Sutamaya semakin populer lewat interior desain yang memakai sampah kayu bekas yang bisa meraup omset hingga Rp 300 juta per bulan.

Selain mempunyai omset yang besar, Made juga berhasil meraih beberapa penghargaan. Salah satunya ialah Parama Karya Award 2015 dari sang Presiden Indonesia, Joko Widodo.

Made menuturkan bahwa apa yang didapatkannya dikala ini ialah buah hasil kerja kerasnya yang dibantu oleh 30 orang karyawan yang justru sebagian besar dari kalangan yang putus sekolah termasuk ibu-ibu pengangguran.

Made dikala ini telah mempunyai 250 kawan bisnis yang tersebar di Bali, Sumbawa, Lombok, dan Jawa Timur. Ia juga menambahkan bahwa semakin banyak rekan bisnis yang dimiliki maka akan semakin baik untuk memperluas jaringan pemasaran.

Baca Juga : Kisah Asri Tadda Blogger Sukses Asal Luwu Timur yang Sangat Menginspirasi


4. Nur Handiyah : Dari Sampah Kulit Kerang Menjadi Barang Bernilai Jutaan Rupiah.


Kisah Singkat Tokoh Wirausahawan di Bidang Kerajinan yang Sukses di Indonesia 4 Kisah Singkat Tokoh Wirausahawan di Bidang Kerajinan yang Sukses di Indonesia

Pengusaha lain yang sukses dari memanfaatkan barang bekas sebagai materi bakunya adalah
Nur Handiyah J Taguba.

Di tangan Nur, tumpukan sampah kulit kerang bisa diubah menjadi produk kerajinan tangan yang bernilai jual.

Semuanya berawal ketika Nur dan sang suami Jamie Taguba melihat banyak tumpukan sampah kulit kerang di pinggir pantai.

Nah dari situ ia bersama sang suami berencana untuk memanfaatkan sampah kulit kerang untuk diolah menjadi barang pajangan yang indah.

Bisnisnya yang berjulukan Multi Dimensi Shell Craft didirikan pada tahun 2000.

Untuk menciptakan suatu product kerajinan, terlebih dahulu kulit kerang harus dicuci higienis sebelum balasannya siap pakai.

Tahapan selanjutnya ialah tahap pengolahan dan desain sesuai dengan yang diinginkan. Agar kulit kerang bisa kuat, diperlukan material perhiasan sebagai penyangga. Biasanya berupa besi, alumunium, dan fiber glass.

Salah satu alasan khusus mengapa Nur menekuni bisnisnya ini ialah untuk menekan jumlah sampah kulit kerang yang berantakan di pinggir pantai.

Nur menerima pasokan sampah kulit kerang dari para nelayan yang ada di utara Jawa. Untuk setiap ton kulit kerang dibeli dengan harga Rp 1,5 juta.

Hal ini tentu bisa jadi pendapatan perhiasan bagi para nelayan yang pekerjaan utamanya mencari ikan.

Setelah dicuci bersih, selanjutnya kulit kerang dikirim ke Jalan Astapada Kavling 130, Kabupaten Cirebon Jawa Barat.

Sampah kulit kerang ini bisa dibentuk menjadi barang pajangan antik menyerupai lampu, vas bunga, piring, kursi, meja, dan lain-lain.

Dalam proses desain sampah kulit kerang, Nur dibantu oleh para cowok yang ada di sekitar rumahnya.

Ia sendiri sama sekali tidak mempunyai basic sebagai pengrajin kulit kerang. Ia hanya sarjana jurusan matematika dan bekerja sebagai PNS. Dan sang suami sendiri Jamie Taguba bekerja sebagai kontraktor dan mekanik.

Usahanya kian melejit ketika piring dan vas bunga yang dibentuk dari kulit kerang dilirik oleh Pemda Cirebon.

Permintaan yang tiba semakin meningkat dan Nur semakin memperlihatkan kemampuannya dalam mendesain sampah kulit kerang.

Kemampuan itu ia dapatkan dari masukkan aneka macam kalangan, salah satunya dari para pembeli baik yang dari dalam negeri maupun yang dari luar.

Berangkat dari masukan itu ia mulai berani memvariasikan produknya menyerupai lampu gantung, dan barang pajangan lain yang bernilai jual tinggi.

Nur mengaku bahwa ia dan sang suami nekat membangun bisnis dari sampah kulit kerang dengan modal yang sedikit. Mereka hanya mengandalkan aset yang dimiliki menyerupai pesawat telepon dan kendaraan beroda empat bak.

Dalam hal ini aset tersebut tidak dijual, melainkan dimanfaatkan secara langsung.

Untuk lebih fokus dalam pengembangan bisnis Multi Dimensi Shell Craft, Nur dan sang suami memutuskan untuk keluar dari pekerjaannya.


Di awal usahanya, proses pemasaran produk kerajinan dari kulit kerang hanya mengandalakan jaringan pertemanan yang cukup luas dari sang suami.

Harga yang ditawarkannya pun masih dalam harga promosi.

Selain itu, Nur dan sang suami juga mulai mengikuti aneka macam aktivitas pameran dengan tujuan memperkenalkan produk mereka.

Nur handiyah J Taguba menuturkan bahwa rata-rata setiap bulannya ia dan suami bisa mengirimkan 4 kontainer barang pajangan yang dibentuk dari kulit kerang ke aneka macam negara Uni Eropa. Diantaranya yaitu Italia, Spanyol, Inggris, Perancis, dan Jerman.

Selain di Eropa, barang kerajinan milik Nur juga dikirimke aneka macam negara lain menyerupai Amerika Serikat dan pasar Timur Tengah, meliputi Kuwait, Bahrain, Irak, dan Arab Saudi.

Pengiriman barang juga dilakukan untuk negara Jepang dan Thailand, bahkan hingga ke beberapa negara di benua Afrika.

Itulah beberapa kisah singkat wirausahawan sukses di bidang kerajinan dari barang bekas yang mudah-mudahan bisa menjadi motivasi dan ide bagi Anda yang sedang ingin memulai usaha.

Untuk kisah wirausahawan sukses di bidang kerajinan tekstil mungkin akan dibahas pada artikel selanjutnya.

Apabila ada yang ingin Anda tambahkan atau bagikan pada postingan ini, silahkan tuangkan komentarnya pada kolom yang telah disediakan di bawah ini.