Rahasia Dibalik Tali Pusar
Kelahiran merupakan momen yang dinantikan oleh orangtua, sesudah menunggu selama sembilan bulan akibatnya si jabang bayi keluar dari perut ibu, tentu ini merupakan anugerah yang diterima oleh setiap pasangan. Namun tahukah Anda ada daya magis yang tersembunyi dari tali pusar seorang bayi.
Dalam budaya Jawa, ternyata dalam menangani talipusar pun ada tata cara tersendiri, alasannya yakni berdasarkan kepercayaan masyarakat Jawa, tali pusar sangat bekerjasama dekat dengan bayi, dan sering disebut kembaran atau penjaga bayi ketika di dalam rahim ibu.
Adapun cara untuk menanam tali pusar diubahsuaikan berdasarkan urut-urutan. Tali pusar jabang bayi dimasukkan ke dalam daerah yang terbuat dari tanah liat, bentuknya ibarat kuali kecil, atau semacam kendi. Kemudian tali pusar dibungkus dengan kain putih atau mori itu, juga disertakan dengan bunga setaman.
Syarat menanam tali pusar harus diperhatikan ibarat sebisa mungkin tidak gampang diambil oleh orang lain atau digali oleh hewan liar alasannya yakni menggali tanahnya terlalu dangkal. Ketika mengubur tali pusar diiringi dengan do’a, kemudian memasukkan tali pusar dan wadahnya ke dalam lubang yang telah dipersiapkan.
Lubang yang dibentuk untuk menanam tali pusar bertempat di depan rumah yang ditinggali selama ini. Persyaratan lainnya yakni apabila bayi yang dilahirkan berjenis kelamin laki-laki, maka untuk menanam tali pusar lubangnya dibentuk di sebelah kanan dari pintu depan rumah. Jika bayi yang dilahirkan yakni perempuan, lubang untuk menanam tali pusar diletakkan di sebelah kiri pintu rumah.
Setelah semua prosesi diselesaikan tidak lupa lokasi daerah untuk menanam diberikan tetenger (tanda-red) atau penutup. Bisa anyaman bambu yang dibentuk ibarat kurungan ayam, atau sebuah bejana berwarna merah, dapat juga kuali sedang yang bawahnya dipecah, dan beberapa epilog lainnya.
Hal ini dibiarkan selama beberapa bulan diberikan lampu penarangan berupa lampu listrik 5 watt atau kalau tradisional memakai lampu minyak tanah, ibarat lampu dian, lampu teplok, atau ting. Lampu dinyalakan hanya menjelang malam sampai pagi, atau ketika matahari terbenam saja, sedangkan siang hari, lampu penerangan tersebut dimatikan.
Kadang-kala diwaktu hari-hari tertentu, daerah tali pusara bayi diberikan bunga setaman. Misalnya saja pada ketika bayi menderita sakit, ibarat demam, sering menangis tengah malamnya, dan tangisan jabang bayi yang tidak masuk akal yaitu menangis tetapi tidak mengeluarkan air mata. Ini merupakan membuktikan jikalau bayi diganggu oleh makhluk halus dan sejenisnya.
Untuk menunjukkan kekuatan pada sang bayi khususnya secara ghaib, disarankan sering diadakan bacaan (selamatan) pada hari weton atau pasarannya. Dan juga menaruh bunga setaman sempurna di tali pusar yang sudah ditanam. Begitu jabang bayi telah menginjak remaja dan sudah dapat mandiri, bekerja sendiri, mencukupi kehidupan sendiri dan lain sebagainya bekas tali pusar juga dapat dimanfaatkan untuk media keselamatan dan ketentraman.
Source: Viva
Foto Kuburan Tali Pusar (ari ari)
Adapun cara untuk menanam tali pusar diubahsuaikan berdasarkan urut-urutan. Tali pusar jabang bayi dimasukkan ke dalam daerah yang terbuat dari tanah liat, bentuknya ibarat kuali kecil, atau semacam kendi. Kemudian tali pusar dibungkus dengan kain putih atau mori itu, juga disertakan dengan bunga setaman.
Syarat menanam tali pusar harus diperhatikan ibarat sebisa mungkin tidak gampang diambil oleh orang lain atau digali oleh hewan liar alasannya yakni menggali tanahnya terlalu dangkal. Ketika mengubur tali pusar diiringi dengan do’a, kemudian memasukkan tali pusar dan wadahnya ke dalam lubang yang telah dipersiapkan.
Lubang yang dibentuk untuk menanam tali pusar bertempat di depan rumah yang ditinggali selama ini. Persyaratan lainnya yakni apabila bayi yang dilahirkan berjenis kelamin laki-laki, maka untuk menanam tali pusar lubangnya dibentuk di sebelah kanan dari pintu depan rumah. Jika bayi yang dilahirkan yakni perempuan, lubang untuk menanam tali pusar diletakkan di sebelah kiri pintu rumah.
Setelah semua prosesi diselesaikan tidak lupa lokasi daerah untuk menanam diberikan tetenger (tanda-red) atau penutup. Bisa anyaman bambu yang dibentuk ibarat kurungan ayam, atau sebuah bejana berwarna merah, dapat juga kuali sedang yang bawahnya dipecah, dan beberapa epilog lainnya.
Hal ini dibiarkan selama beberapa bulan diberikan lampu penarangan berupa lampu listrik 5 watt atau kalau tradisional memakai lampu minyak tanah, ibarat lampu dian, lampu teplok, atau ting. Lampu dinyalakan hanya menjelang malam sampai pagi, atau ketika matahari terbenam saja, sedangkan siang hari, lampu penerangan tersebut dimatikan.
Kadang-kala diwaktu hari-hari tertentu, daerah tali pusara bayi diberikan bunga setaman. Misalnya saja pada ketika bayi menderita sakit, ibarat demam, sering menangis tengah malamnya, dan tangisan jabang bayi yang tidak masuk akal yaitu menangis tetapi tidak mengeluarkan air mata. Ini merupakan membuktikan jikalau bayi diganggu oleh makhluk halus dan sejenisnya.
Untuk menunjukkan kekuatan pada sang bayi khususnya secara ghaib, disarankan sering diadakan bacaan (selamatan) pada hari weton atau pasarannya. Dan juga menaruh bunga setaman sempurna di tali pusar yang sudah ditanam. Begitu jabang bayi telah menginjak remaja dan sudah dapat mandiri, bekerja sendiri, mencukupi kehidupan sendiri dan lain sebagainya bekas tali pusar juga dapat dimanfaatkan untuk media keselamatan dan ketentraman.
Source: Viva