Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Cara Meneliti Sanad (3)

Pada artikel sebelumnya telah dibahas sedikit mengenai kualitas seorang perawi yang kualitasnya baik, yakni adonan antara adil dan dhabit maka jadilah tsiqqah.

Maka pada kesempatan kali ini, akan dibahas mengenai kebalikan daripada tsiqqah, atau penilain terhadap seorang rawi yang kurang  baik ataupun tidak baik. 
Penilaian ini akan dinamakan dengan menjarh.


Kata Jarh, merupakan bentuk masdhar dari kata Jarh Yajrih (ha yang dipakai ialah ha tipis atau ha kecil), yang berarti melukai. Ilmu jarh ialah ilmu yang dipakai untuk mengetahui sifat negative seorang perawi hadis yang akan besar lengan berkuasa terhadap kualitas hadis yang diriwayatkan.

Dengan Jarh ini, keburukan atau keanehan seorang perawi akan diungkapkan. Dengan begitu, maka akan diketahui apakah sebuah hadis yang diriwayatkan oleh perawi tersebut cacat atau tidak.

Tentu akan timbul pertanyaan mengenai perbuatan apa yang menciptakan seorang perawi dinilai sebagai perawi yang cacat. 
Maka berdasarkan para ulama, ada dua pembagian umum yang perlu diketahui. Yakni cacat secara keadilan dan secara kedhabitan, yang masing masing dari cacat tersebut mempunyai bab masing masing.


Seorang perawi yang cacat dalam bab keadilan ialah, bedusta dengan mangatasnamakan Nabi, tertuduh berdusta, fasik dalam perbuatan atau dalam ucapan, tetapi tidak hingga kufur, eksklusif perawi yang tidak dikenal, dan perawi penganut bid’ah dhalalah atau menyalahi syari’at.

Sementara seorang perawi yang cacat secara dhabit ialah, lemah daya hafalnya, banyak keliruannya, banyak lupanya, pelupa, bimbang dengan banyak prasangka, dan bertentangan dengan perawi yang sanggup dipercayai.

Dengan mengetahui bab cuilan keanehan seorang perawi tersebut, maka akan sangat gampang menemukan dan menilai keadaan seorang perawi. 

Ketika meneliti sanad ini, maka akan ditemukan banyak ungkapan ungkapan evaluasi seorang perawi oleh para ulama, oleh balasannya jarh ini mempunyai enam tingkatan, mulai dari tingkatan yang paling parah atau paling jelek, hingga yang paling ringan kejelekannya.

Agar meneliti sanad tidak begitu sulit, maka perlu diketahui terlebih dahulu istilah istilah yang dipakai di dalam kitab rawi atau rijal, semoga mendeteksi keadilan dan kedhabitannya tidak sulit. Diantaranya ialah :
Yang Paling jelek, ialah kata اكذب الناس 
كذاب 
متروك
ضعيف جدا
منكر الحديث
ضعف 
Perawi yang berada pada tingkat nomor satu hingga nomor empat tidak sanggup diterima riwayatnya, namun mengenai perawi yang menerima evaluasi nomor lima hingga enam, para ulama beropini bahwa hadis yang diriwayatkan oleh perawi tersebut boleh dibandingkan dengan hadis hadis lainnya.


Ungkapan mengenai evaluasi negative dari tiap tiap nomor tidak hanya itu saja, akan tetapi masih ada ungkapan lainnya yang semakna, namun yang  biasanya banyak dipakai oleh para ulama dalam menjarh ialah ungkapan di atas. 

Setelah mengetahui ungkapan ungkapan evaluasi seorang perawi hadis, maka akan diadakan sebuah penelitian dengan memakai kitab kitab hadis yang sudah ditulis oleh para ulama terdahulu. 


Mengenai ungkapan pendapat yang memuji seorang perawi masih ada beberapa lagi selain tsiqqah. Pembagiannya juga ada enam, sama dengan pembagian jarh ini.

Oleh alasannya ialah itu, untuk mempermudah penelitian pada kitab rijalnya, maka perlu diketahui terlebih dahulu dasar dasarnya, semoga tidak kebingungan dan mengalami kesulitan dikala meneliti kualitas seorang perawi hadis dikarenakan banyaknya ungkapan ungkapan yang tidak dimengerti maksudnya.

Referensi : ulumul hadis mudah dan mudah, Muhammad Gufran dan Rahmawati.
Ulumul hadis studi kompeksitas hadis nabi, Mahmud Thahan.
37 Masalah popular, Abdul Shamad.


Sumber http://caramu123.blogspot.com/