Cara Meneliti Sanad Hadis (2)
Hadis yang diriwayatkan oleh Rasulullah hingga kepada manusia, semenjak zaman dahulu hingga sekarang merupakan sebuah rangkaian yang diperankan oleh para perawi.
Maka, para perawi tersebutlah yang menjadi kajian sentra paling penting dalam meneliti hadis, baik dari segi keshaihhan hingga ketidakshahihannya.
Oleh alasannya itu, para ulama sangat memperhatikan keberadaan para perawi ini, Bahkan para ulama juga memutuskan beberapa kriteria perawi yang sanggup diterima.
Persyaratan yang ditetapkan oleh para ulama merupakan persyaratan yang bersifat mendalam dan juga tegas, yang memberikan kualitas dan keberadaan jalan yang ditempuh oleh para perawi.
Hal ini menjadi sangat mendunia, dikarenakan belum ada satu agama pun yang memberikan sebuah kabar hingga semendalam penyampaian hadis.
Adapun cara untuk meneliti seorang perawi hadis ialah dengan mengetahui dan memahami syarat syarat yang telah ditentukan oleh para ulama.
Setelah memahami dan mnegetahui syarat syarat yang sudah ditentukan, barulah sanggup dilakukan penelitian dengan memakai kitab maupun software hadis.
Adapun syarat syarat para perawi yang sudah disepakati oleh para ulama ialah sebagai berikut:
Ke adilan seorang perawi
Maksudnya ialah, seorang rawi tersebut yakni orang islam, arif sehat, baligh, selamat dari kefasikan dan selamat dari norma norma kesopanan.
Hal ini berkaitan dengan unsur spiritual seorang perawi.
Bagaimana memilih seorang perawi adil? Hal ini sanggup dilihat dari adanya dua orang atau lebih yang memilih atau salah satunya memilih atau memutuskan bahwa perawi tersebut yakni “adil”atau, seseorang yang pemberitaan mengenai kemasyhuran, maka apabila ada seorang perawi yang populer dengan ke adilannya, maka tidakdak perlu lagi dicari pendapat penetapan mengenai keadilannya.
Kemasyhuran wacana keadilannya sudah lebih dari cukup untuk menggambarkan sosok perawi tersebut.
Misalnya saja ialah Imam yang empat dan dua sufyan dan Auza’I dan lainnya.
Dhabit.
Maksud dhabit di sini ialah rawi yang tidak menyalahi orang orang kepercayaan, tidak buruk hafalannya, tidak banyak salah, tidak pelupa dan tidak banyak prasangkaannya.
Para ulama juga sepakat, bahwa apabila seorang perawi yakni orang yang adil lagi dhabit, maka ia akan dikenal dengan tsiqqah. Maka dari itu, dikala membuka kitab mengenai perawi, akan terdapat ungkapan Tsiqqah, yang merupakan adonan atau perpaduan antara sifat adil dan dhabit.
Untuk mengetahui lebih lanjut penelitian sanad, maka akan dikenal sebuah cabang ilmu Musthalah hadis yang berjulukan Jarh dan Ta’dil. Ilmu jarh dan ta’dil ini merupakan sebuah ilmu yang membahas mengenai pendapat atau evaluasi ulama terhadap perawi. Jarh sebagai evaluasi yang buruk, sementara ta’dil kebalikan dari jarh ialah pendapat yang baik baik, sanggup jadi dalam bentuk sanjungan, dan lain sebagainya.
Jadi, dikala membahas mengenai syarat syarat seorang perawi, maka tidak akan lepas dari jarh dan ta’dil, serta tidak terlepas juga dengan kitab rijal, atau kitab para perawi. Karena, di dalam kitab rijal atau kitab perawi-perawi tersebut akan didapatkan satu paket lengkap mengenai diri dari seorang perawi.
Mulai dari nama lengkap perawi tersebut, nama nama gurunya, nama nama muridnya, kualitas dirinya, ibarat klarifikasi di atas, kalau ia adil dan dhabit, maka akan disebut tsiqqah, dan tidak terlepas juga ialah jarh dan ta’dil para ulama terhadap diri seorang perawi.
Mengenai kitab untuk melihat dan mengetahui kualitas seorang perawi, akan dibahas pada artikel selanjutnya.
insyaAllah.
Akan dibahas mengenai nama kitab, beserta bagaimana cara menggunakannya.
Referensi : ulumul hadis mudah dan mudah, Muhammad Gufran dan Rahmawati.
Ulumul hadis studi kompeksitas hadis nabi, Mahmud Thahan.
37 Masalah popular, Abdul Shamad.
Sumber http://caramu123.blogspot.com/