Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Cara Mengatasi Fraktus Humerus Pada Bayi

Fraktur humerus pada umumnya terjadi pada bayi yang gres saja lahir dengan letak sungsang yang letak tangan menjungkit ke atas. Biasanya, fraktus humerus ini ditandai dengan tidak adanya gerakan tungkai spontan, tidak adanya reflek moro. 

Penanganan fraktur humerus ini sanggup saja optimal, apabila dilakukan 2-4 ahad dengan imobilisasi tungkai yang mengalami fraktur. Kesukaran ketika melahirkan tangan yang menjungkit merupakan penyebab dari terjadinya tulang humerus yang fraktur. Pada kelahiran, presentasi kepala sanggup saja ditemukan pada fraktur ini, apabila ditemukan adanya tekanan keras dan lansung pada tulang humerus oleh tulang pelvis. 

Kelainan ini sanggup saja terjadi sebab adanya kesalahan teknik dalam melahirkan lengan pada presentasi kepala atau pada sungsang dengan lengan menumbang ke atas. Biasanya, sisi yang terkena tidak akan sanggup digerakkan dan reflex moro sisi tersebut akan menghilang. 

Jenis fraktur ini sangat sering terjadi pada orang  bayi pria daripada perempuan dengan umur 45 tahun dan sering bekerjasama dengan olahraga, pekerjaan atau kecelakaan. Sedangkan, pada usila prevalensi cenderung lebih banyak etrjadi pada perempuan yang bekerjasama dengan adanya osteoporosis yang terkait dengan perubahan hormone.

Gejala secara klinis yang sanggup diperhatikan ialah, berkurangnya gerakan tangan yang sakit, reflex moro asimetris, sanggup terabanya deformitas dan krepotasi di tempat fraktus yang disertai dengan rasa sakit, dan bayi akan menangis pada gerakan pasif. 

Biasanya, fraktur sanggup saja terjadi di tempat diafasi, diagnose niscaya ditegakkan dengan investigasi radiologic.
Cara mengatasi fraktus humerus ini tidak sanggup dilakukan seorang diri, atau tidak sanggup dilakukan di rumah, melainkan ia membutuhkan dokter, dan rumah sakit yang mempunyai perlengkapan yang mendukung. 

Penatalaksaan secara subjektifnya ialah, ibu meski menyampaikan bayinya gres saja lahir selama dua hari, dan dengan keadaan sungsang. Ibu sanggup menyampaikan gerakan tangan bayi sangat kurang sekali, dan bayinya selalu menangis apabila tangannya dipegang. 

Penatalaksanaan secara obyektif ialah dengan, yang pertama reflex moro asimetris, terabanya deformitas dan krepotasi di tempat fraktur yang disertai denganrasa sakit. Yang ketiga, terjadinya tangisan pada bayi ketika melaksanakan gerakan pasif, dan yang etrakhir yaitu letak fraktur pada umumnya terjadi di tempat diafisi. Diagnose yang niscaya ditegakkan dengan investigasi radiologic. 
Perencanaan yang sanggup dilakukan yaitu dengan, 
1.       Dokter meski menjelaskan dengan rinci hasil pemeriksaannya kepada orangtua bayi.
2.       Dokter menjelaskan kepada orangtua bayi mengenai apa saja yang dimaksud dengan fraktur humerus.
3.       Dokter menunjukkan ganjal kapas atau kasa antara lengan yang terkena dan dada dari ketiak hingga dengan siku.
4.       Membalut lengan atas hingga dengan dada dengan kasa pembalut.
5.       Memfleksikan siku sebanyak Sembilan puluh derajat Celsius dan membalut dengan kasa pembalut lain, balut dengan lengan atas secara menyilang di dinding perut. Perlu diyakinkan bahwa tali sentra tidak tertutup oleh kasa pembalut.
6.       Dokter meski menasehati ibu supaya kembali sehabis sepuluh hari kemudian untuk mengganti pembalut. 

Maka, melihat beberapa tanda-tanda di atas, dan penanganan yang diberikan oleh dokter, seorang ibu meksi cermat dan mentaati, apalagi yang berkaitan dengan sepuluh hari pasca pemasangan pembalut, ibu harus tiba kembali supaya pembalut diganti oleh pihak dokter.
Ketika dua hari mengalami tanda-tanda sebagaimana dijelaskan di atas, segera bawa bayi ibu ke dokter, supaya tidak terjad sesuatu yang tidak diinginkan.

Referensi :
Dwi Maryanti, dkk. Buku Ajar Neonatus, Bayi, dan Balita.
Ai Yeyeh, dkk. Asuhan Neonatus, bayi, dan Anak Balita. 



Sumber http://caramu123.blogspot.com/