Cara Menerapkan Pendidikan Keluarga Dalam Islam
Ahmad Tafsir (2004:1-2) secara terminology menguraikan pendidikan Islam berarti pendidikan yang teori-teorinya disusun menurut Al-Quran dan Hadis. Dengan demikian, pendidikan Islam yaitu nama sistem, yaitu sistem pendidikan yang islami. Sebagai sebuah sistem, pemdidikan Islam mempunyai komponen-komponen yang secara keseluruhan mendukung terwujudnya sosok muslim yang ideal.
Secara garis besar kurikulum yang dikenalkan Ibn Sina mempunyai tiga ciri.
Pertama, kurikulum berisi sejumlah mata pelajaran yang disertai dengan tujuan masing-masing mata pelajaran tersebut, disamping mempertimbangkan juga faktor psikologis dan perkembangan jiwa anak, yakni minat, bakat, dan keahlian yang akan dikembangkan, dan kapan masing-masing mata pelajaran tersebut disajikan.
Kedua, kurikulumnya bersifat pragmatis fungsional yang berorientasi pada kebutuhan pasar (market oriented) semoga siswa lulusannya siap difungsikan dalam banyak sekali lapangan pekerjaan di masyarakat.
Ketiga, kurikulumnya bersifat empiric, yang sangat dipengaruhi oleh pengalaman pribadinya, alasannya yaitu Ibn Sina menghendaki setiap orang yang mempelajari banyak sekali ilmu dan keahlian menempuh cara sebagaimana yang ia lakukan.
Materi yang dijabarkan dalam kurikulum oleh Ibn Sina didasarkan pada tingkat perkembangan usia.
a. Anak usia 3 hingga 5 tahun diberikan pelajaran olah raga, kebijaksanaan pekerti, kebersihan, seni suara, dan kesenian. Dapat dipahami pada anak usia ini memerlukan keterampilan berolah raga/ tubuh guna merangsang pertumbuhan tubuh dan kesehatan anak itu sendiri alasannya yaitu pada dikala itu yaitu masa pertumbuhan. Sementara pelajaran kebijaksanaan pekerti diberikan untuk menanamkan perilaku sopan santun (akhlak) dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan kebersihan diajarkan untuk membiasakan hidup higienis dan cinta kebersihan sementara pelajaran kesenian diberikan untuk melatih ketajaman perasaan dalam menyayangi dan meningkatkan daya khayal.
b. Anak usia 6 hingga 14 tahun diberikan materi pelajaran membaca dan menghafla Al-Qur’an, pelajaran agama, pelajaran syair dan pelajaran olah raga. Alasannya yaitu untuk mendukung pelaksanaan ibadah yang memerlukan bacaan ayat-ayat Al-Qur’an, juga mendukung keberhasilan mempelajari agama Islam, ibarat pelajaran tafsir, fikih, tauhid, akhlak, dalam rangka mendukung dan mempelajari bahasa Arab.
c. Untuk usia 14 dan seterusnya, pelajaran yang diberikan cukup banyak, kesannya perlu ada pertimbangan kesiapan anak didik. Untuk itu Ibn Sina menganjurkan semoga anak menentukan jenis pelajaran yang sesuai dengan minat dan keahliannya semoga dikembangkan lebih lanjut oleh murid-muridnya.
Dari sejumlah mata pelajaran yang demikian banyak itu kemudian dikelompokkan dalam golongan yang bersifat teoretis dan praktis.
cara-menerapkan-pendidikan-keluarga-dalam-Islam(blogger)
a. Ilmu yang bersifat teoretis, diantaranya ilmu ihwal materi dan bentuk, gerak dan perubahan, wujud dan kehancuran, tumbuh-tumbuhan, hewan, kedokteran, astrologi, kimia, masuk dalam rumpun ilmu-ilmu fisika, sedangkan ilmu ihwal ruang, bayang dan gerak, memikul beban, timbangan, pandangan dan cermin, sedangkan ilmu memindahkan air masuk dalam rumoun ilmu matematika. Yang termasuk dalam rumpun ilmu ketuhanan diantaranya ilmu ihwal tata cara turnnya wahyu, hakikat jiwa pembawa wahyu, mukjizat, info gaib, ilham, dan ilmu ihwal kekekalan roh sehabis berpisah dengan badan.
b. Sementara itu ilmu yang tergolong dalam ilmu simpel atau terapan di antaranya yaitu ilmu akhlak, kerumahtanggaaan, tata kekerabatan suami-istri, anak-anak, tata kelola keuangan rumah tangga antarkota dan bangsa, termasuk di dalamnya tata cara perdagangan, keterampilan menenun dan membatik, hal-hal yang berafiliasi dengan pekerjaan sehari-hari dan pekerjaan atau profesi sebagai bentuk perjuangan sehari-hari dalam mewujudkan kesejahteraan hidup.
cara-menerapkan-pendidikan-keluarga-dalam-Islam(blogger)
Gambar: cara-menerapkan-pendidikan-keluarga-dalam-Islam
sumber: google
__________________________
Sumber:Helmawati. (2014). Pendidikan Keluarga Teoretis dan Praktis. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Bahar, Khalifi Elyas, (2011). Pintar Tanpa Payah. Yogyakarta: Flashbooks
Sumber http://caramu123.blogspot.com/