Iman Tanpa Kompromi (Daniel 3:1-30)
Pilih yang mana? Mau sembah patung atau mati? Jika pertanyaan ini ditujukan kepada saudara-saudara, apakah ini akan menjadi pilihan yang sulit bagi saudara untuk menentukan satu di antara dua pilihan tersebut? Apa yang anda akan pikirkan kalau anda dihadapkan pada situasi yang demikian?
Bagi Sadrakh, Mesakh, dan Abednego menyembah patung tidak akan menjadi pilihan mereka. Meskipun karenanya yaitu tidak hanya sekedar kehilangan jabatan mereka, melainkan juga nyawa mereka. Hal ini berbanding terbalik dengan apa yang kebanyakan orang lakukan. Banyak orang justru rela melaksanakan apa saja demi mempertahankan nyawa mereka. Bahkan banyak orang rela “menjual” imannya demi sebuah jabatan, pekerjaan, pasangan hidup, uang, kesenangan duniawi, dan lain sebagainya. Dalam situasi yang sangat genting Daniel dan kawan-kawannya menegaskan bahwa, meskipun Tuhan tidak melepaskan mereka dari perapian yang menyala-nyala, menyembah patung tidak akan pernah menjadi pilihan mereka (Dan 3:17-18).
Tentu saja pernyataan ini menciptakan Raja Nebukadnezar marah terhadap Daniel dan kawan-kawan. Pernyataan Daniel dan mitra menyentuh kesombongan Nebukadnezar. Patung yang seluruhnya terbuat dari emas yaitu wujud dari ajaran Raja Nebukadnezar mengenai ambisinya. Gantinya menciptakan patung sebagaimana yang telah dilihat dalam mimpinya, Nebukadnezar menciptakan patung yang melebihi yang asli. Patungnya dihentikan kurang dalam nilai dari kepala hingga ke kaki, tetapi harus terbuat dari emas seluruhnya. Melambangkan ambisi Nebukadnezar untuk menimbulkan Babel sebagai kerajaan yang kekal, tidak sanggup dibinasakan, sangat berkuasa, yang akan menghancurkan semua kerajaan yang lain dan bangun hingga selama-lamanya.
Nebukadnezar tetapkan bahwa patung itu harus disembah, yang tidak mau menyembah maka akan dibakar hidup-hidup. Bagi bangsa-bangsa selain Yahudi yang percaya kepada banyak yang kuasa hal itu bukan masalah. Praktis saja bagi mereka menimbulkan patung emas sebagai salah satu yang kuasa yang harus mereka sembah. Namun itu duduk kasus besar bagi Daniel dan kawan-kawan lantaran mereka yaitu umat Allah. Menyembah patung yaitu melanggar aturan Allah. Hukum kedua dalam sepuluh hukum. Oleh lantaran keputusannya itu mereka harus memasuki perapian yang menyala-nyala, yang panasnya ditingkatkan tujuh kali lipat. Secara budi dengan sekejap saja ketiga orang itu akan hangus terbakar.
Nebukadnezar pun takjub melihat keadaan ini. Selanjutnya, selain nyawa selamat, jabatan tinggi pun mereka terima dari raja (Dan 3:30). Kejadian ini kontras dengan apa yang menimpa orang-orang yang memasukkan Daniel dan kawan-kawan ke dalam perapian. Mereka terbakar dan mati.
Kisah Sadrakh, Mesakh, dan Abednego meneguhkan kita. Tidak ada alasan bagi kita untuk kompromi dan menjual dogma kita. Betapapun tuntutan zaman dan tekanan kehidupan mendesak kita, kita harus tetap berjalan lurus di dalam dogma kepada Kristus. Walaupun nyawa sebagai taruhannya, dogma kepada Kristus dan penurutan aturan Tuhan yaitu yang utama. “Karena siapa yang mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya lantaran Aku dan lantaran Injil, ia akan menyelamatkannya” (Markus 8: 35).
Bagi Sadrakh, Mesakh, dan Abednego menyembah patung tidak akan menjadi pilihan mereka. Meskipun karenanya yaitu tidak hanya sekedar kehilangan jabatan mereka, melainkan juga nyawa mereka. Hal ini berbanding terbalik dengan apa yang kebanyakan orang lakukan. Banyak orang justru rela melaksanakan apa saja demi mempertahankan nyawa mereka. Bahkan banyak orang rela “menjual” imannya demi sebuah jabatan, pekerjaan, pasangan hidup, uang, kesenangan duniawi, dan lain sebagainya. Dalam situasi yang sangat genting Daniel dan kawan-kawannya menegaskan bahwa, meskipun Tuhan tidak melepaskan mereka dari perapian yang menyala-nyala, menyembah patung tidak akan pernah menjadi pilihan mereka (Dan 3:17-18).
Tentu saja pernyataan ini menciptakan Raja Nebukadnezar marah terhadap Daniel dan kawan-kawan. Pernyataan Daniel dan mitra menyentuh kesombongan Nebukadnezar. Patung yang seluruhnya terbuat dari emas yaitu wujud dari ajaran Raja Nebukadnezar mengenai ambisinya. Gantinya menciptakan patung sebagaimana yang telah dilihat dalam mimpinya, Nebukadnezar menciptakan patung yang melebihi yang asli. Patungnya dihentikan kurang dalam nilai dari kepala hingga ke kaki, tetapi harus terbuat dari emas seluruhnya. Melambangkan ambisi Nebukadnezar untuk menimbulkan Babel sebagai kerajaan yang kekal, tidak sanggup dibinasakan, sangat berkuasa, yang akan menghancurkan semua kerajaan yang lain dan bangun hingga selama-lamanya.
Nebukadnezar tetapkan bahwa patung itu harus disembah, yang tidak mau menyembah maka akan dibakar hidup-hidup. Bagi bangsa-bangsa selain Yahudi yang percaya kepada banyak yang kuasa hal itu bukan masalah. Praktis saja bagi mereka menimbulkan patung emas sebagai salah satu yang kuasa yang harus mereka sembah. Namun itu duduk kasus besar bagi Daniel dan kawan-kawan lantaran mereka yaitu umat Allah. Menyembah patung yaitu melanggar aturan Allah. Hukum kedua dalam sepuluh hukum. Oleh lantaran keputusannya itu mereka harus memasuki perapian yang menyala-nyala, yang panasnya ditingkatkan tujuh kali lipat. Secara budi dengan sekejap saja ketiga orang itu akan hangus terbakar.
Akan tetapi Tuhan hadir menyertai mereka dan menyatakan kuasa-Nya. Jangankan hangus, ketiga orang itu malah berjalan-jalan di tengah api yang membara disertai seseorang yang rupanya menyerupai anak dewa. Tuhan hadir dan memberi kedamaian di tengah-tengah perapian. Padahal mereka dimasukkan dengan badan terikat (Dan 3:24, 25).
Nebukadnezar pun takjub melihat keadaan ini. Selanjutnya, selain nyawa selamat, jabatan tinggi pun mereka terima dari raja (Dan 3:30). Kejadian ini kontras dengan apa yang menimpa orang-orang yang memasukkan Daniel dan kawan-kawan ke dalam perapian. Mereka terbakar dan mati.
Kisah Sadrakh, Mesakh, dan Abednego meneguhkan kita. Tidak ada alasan bagi kita untuk kompromi dan menjual dogma kita. Betapapun tuntutan zaman dan tekanan kehidupan mendesak kita, kita harus tetap berjalan lurus di dalam dogma kepada Kristus. Walaupun nyawa sebagai taruhannya, dogma kepada Kristus dan penurutan aturan Tuhan yaitu yang utama. “Karena siapa yang mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya lantaran Aku dan lantaran Injil, ia akan menyelamatkannya” (Markus 8: 35).
Note:
Dorong anggota care group untuk membagikan pengalaman mereka. Jika mungkin dari antara anggota care group ada memiliki pengalaman dalam tidak mengkompromikan dogma mereka. Tentu saja pengalaman ini sanggup menjadi suatu dorongan dogma bagi diri mereka sendiri di masa mendatang. Bekal dalam menghadapi duduk kasus yang mungkin akan datang. Selain itu kesaksian mereka juga sanggup menjadi suatu motivasi bagi orang lain.