Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Menjadi Orangtua Ideal

1.    Bisakah kita membagi kasih sayang secara adil terhadap semua anak?
Sebagai orangtua tentunya mencintai semua anaknya, dalam arti sayang kepada masing-masing anak, mereka berusaha untuk adil. Anak pria disenangi alasannya beliau laki-laki, anak perempuan disenangi alasannya beliau perempuan. Anak yang satu alasannya keriangannya, yang lain alasannya kesungguhannya,yang lain lagi alasannya kebengalannya.

Tiap anak mempunyai karkater sendiri, serta sifat-sifat yang kompleks. Banyak orang bau tanah yang penuh tanggung jawab, merasa harus sanggup menyamaratakan perasannya pada anak-anaknya, dan orangtua perlu tahu bahwa,

Ø  Setiap orang ingin disukai alasannya dirinya sendiri
Ø  tidak dibandingkan dengan orang lain, begitu juga dengan bawah umur kita.

Tindakan terbaik orangtua ialah menyadari bhwa mereka hanya insan biasa, dengan segala kelebihan dan kekurangan baik yang rasional maupun tidak rasional.
v  Perasaan kita yang masuk akal kepada semua anak,
v  menyukai kebaikannya,
v  membantu megatasi tingkahlaku yang kurang baik, ialah proteksi kita yang terbaik kepadanya.

Apabila kita selalu mempertanyakan keadilan itu, rekasi-reaksi kita tidak lagi sewajarnya. Bukankah penghargaan nrimo yang diinginkan?

cara-menjadi-orangtua-ideal-google


Terkadang ada orangtua yang merasa tidak sabar secara terus-menerus terhadap salah satu anak. Dari beberapa saudaranya, ada satu anak yang selalu dianggap keliru. Anka-anak itu biasanya anak ketiga tau keempat, jarang sekali anak pertama. Dari sebuah survey setiap anak, dari keluarga mana saja dan anak keberapa saja, mempunyai kemungknan yg sama.

Perasaan tidak sabar terhadap anak tertentu juga bisa
    ·  Berasal dari persamaan karakter  dengan orangtua  sendiri, yang dengan susah payah                           mengatasinya.

Misalnya, seorang ayah yang sangt pemalu dikala kecil, meski sekarang sudah tidak pemalu, kesengsaraan yang pernah dialami belum lenyap.  Dia akan kecewa terhadap anaknya yang bersifat begitu pemalu. Seakan-akan ketakutan bencana yang kemudian akan terulang lagi.

   2.    Menyesuikan diri dengan nenek (mertua)
Seorang ibu atau ayah harus berkeyakinan bahwa mereka bertanggung jawab atas bayi mereka dalam hak etika maupun pelaksanaanya. Makara merekalah yang wajib menciptakan keputusan.
Perbedaan cara berpikir antara dua perempuan merupakan problem perbedaan antara dua kepribadin. Sekalipun bahwasanya keduanya akan melaksanakan tindakan yang sama.

Tatacara megasuh anak memang mengalami perubahan besar akhir-akhir ini, sehingga para nenek yng menerima nasehat pada masa mudanya tidak sanggup memahami cara-cara tersebut. Sebaiknya  keluarga yang baru, memisahkan diri dari orangtua masing-masing.

Kakek nenek (mertua) juga tidak akan gampang ikut campur mengenai urusan mengasuh anak. Ini hanya untuk permulaan saja, tetapi untuk selanjutnya ayah ibu akan lebih bersyukur menerima nasehat- nasehat penting dari orang yang bena-rbenar berpengalaman

    3.    Perselisihan ayah dan ibu
Secara teoretis anak lebih baik tumbuh bersama orangtua yang selalu serasi. Perlu diingat jangan hingga anak melihat pola kemarahan yag bernafsu dan berlebih-lebihan dari ayah ibunya sendiri.
Demikianlah, jikalau anak menjumpai orangtua bertengkar, lebih baik dijelaskan apa-apa yang terjadi dan apa yang tidak, sehingga beliau tidak terganggu.

   4.    Ibu juga perlu hiburan
Perasaan terkurung dan terpencil sanggup menciptakan frustasi, bahkan pada ibu yang paling cinta keluarga sekalipun. Banyak kaum perempuan yng mengakui, bahwa satu-satunya tidak enakan sehabis menikah dan punya anak ialah hilangnya kebebasan.

Oleh alasannya itu untuk para ibu-ibu lakukanah kegiatan-kegiatan di luar rumah ibarat mengikuti PKK kampung, atau sesekali mengadakan liburan bersama keuarga. Hal itu akan menyebabkan sebagai momen penghilang stress, terutama bagi ibu yang pekerjaannya hanya monoton dirumah saja.

Sumber:
Norr Maryam. (1991). Orangtua Permasalahan dan Upaya Mengatasinya. Terj. Spock Benyamin. Problems of parents. Semarang: effhar & dahara prizeHelmawati. (2014). Pendidikan Keluarga Teoretis dan Praktis. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Gambar: google



Sumber http://caramu123.blogspot.com/